Powered By Blogger

Sabtu, 11 Oktober 2014

Wanita Tanpa Nama

Sebut saja aku, wanita tanpa nama. Bukan maksudku untuk menyembunyikan identitas. Hanya saja, tidak tepat kalau aku harus menjelaskan identitasku yang sebenarnya. Panggil aku Nona, begitu memang para lelaki hidung belang di luar sana memanggilku. Sudah dua tahun lebih, aku menjadi “wanita simpanan” lelaki yang sudah lama ku kenal. Entah , seingatku dulu dia adalah sosok yang aku segani. Bukan karena perilakunya, tapi memang dari latar belakangnya. Lelaki yang selalu meminta aku untuk melayani nafsunya ini, sudah mempunyai anak dari seorang wanita yang sekarang sudah menjadi mantan istrinya. Anaknya berumur 8 tahun, aku sendiri tak habis pikir. Laki-laki yang sudah ku anggap sebagai layaknya kakak sendiri pun akhirnya bisa menjamah tubuhku. Bagaimana bisa, aku yang dulu sangat akrab dengan anak dan mantan istrinya dan sekarang aku lah yang bermain gila dengan laki-laki ini.

Mantan istrinya? Tentu tidak tahu hubungan ini. Sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengan mantan istrinya si “Mas” begitu aku memanggilnya. Sebenarnya Mas ini sudah menjalani hubungan dengan wanita lain. Aku sendiri tidak mengenalnya, siapa wanita itu. Kerjaku kan hanya sebagai “wanita simpanan” jadi buat aku bertanya panjang lebar tentang hubungan dia dan pacarnya. Kalau kalian pikir aku mencari nafkah dari kegiatanku ini, kalian salah besar. Aku bukan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk cemburu dengannya akupun tidak mau, aku menempatkan diriku sebagai wanita yang tidak terlalu penting untuk hidupnya. Meski sekali dia pernah mengutarakan isi hatinya padaku. Buat apa? Toh kamu pun sudah punya pacar. Mungkin itu hanya sekedar ungkapan untuk memberi bumbu di antara kegiatan sex yang selalu kita lakukan. Setidaknya, aku melakukan ini bukan untuk laki-laki yang hanya mau melampiaskan nafsunya. Ada sedikit rasa nyaman di sana, walaupun tetap akhirnya memang untuk memuaskannya.

Aku melakukan ini, karena keadaan yang membuatku terpaksa. Perasaan kesepian, yang selalu  membayangangiku. Laki-laki ini cukup ku kenal baik, bahkan sangat baik begitu juga dengan keluargaku. Kita memang bukan orang jauh, lama sekali kita hidup bertetangga hampir 5 tahun. Aku biasa memanggilnya Mas, dan itu sudah jadi kebiasaanku dulu semasih kecil mengenalnya. Tak ada perasaan apa-apa dengannya, sampai saat inipun aku masih tetap menganggap dia sebagai sosok kakak sendiri. Singkat cerita, aku dan dia sudah lama sekali berubungan. Melakukan hubungan sex pun sudah sering sekali kami lakukan. Kecanduanku terhadap sex, bukanlah karenanya. Dia adalah kesekian laki-laki yang meniduriku, menjamahku, menikmati tubuhku.

Seperti yang aku katakan, aku menjadi seperti ini bukanlah kemauanku. Dulu, buatku mempertahankan keperawanan itu adalah wajib. Aku terlahir di antara keluaga besar yang sangat baik di mata orang. Aku tak mau kalau sampai akhirnya, akau harus memepermalukan diri sendiri, keluargaku, keluarga besarku, terlebih lagi kedua orangtuaku. Namun, setelah kejadian itu aku bersumpah pada diri sendiri tidak akan mau berkelakuan baik. Untuk apa, aku berpura-pura layaknya wanita sopan sedangkan aku tidak lagi perawan. Hal itupunterjadi, sampai aku menemukan laki-laki yang pada saat itu cukup membuatku mabuk kepayang akan sikap sopannya.


  

Namanya Dera, dia adalah tetangga baruku. Saat itu, aku masih mengenakan seragam SMP. Usia kita tidak terpaut jauh hanya beda 2 tahun. Setiap aku melewati rumahnya, terlihat sosok laki-laki yang belum ku kenal dekat sedang membersihkan halaman rumahnya. Sedikit canggung untuk memberi senyuman, karena setauku dia sangat pendiam. Begitu yang orang katakan tentangnya. Singkat cerita kami pun saling kenal,dan orangtua ku pun kenal baik orangtuanya. Aku mulai menyukai keadaan ini, kupikir saat itu dia memberiku sinyal balik atas perasaanku untuknya. Tapi, sayang itu hanya tanggapanku saja dan tidak dengan kenyataan.  

Rasa sayang yang begitu besar , dan dibalas dengan perbuatan yang sama sekali jauh dari bayanganku. Suatu hari, aku menganggap kita telah jadian dan aku pikir dia punya perasaan yang sama terhadapku. Saat itu dia mengajakku pergi, entah dia mengatakan apa dan akupun mengiyakan. Seperti seseorang yang sedang benar-benar dibutakan oleh cinta. Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, yang selalu menuruti kemauan Tuannya. Akupun mengiyakan, dan kami pun pergi. Hal yang ada dibayanganku saat itu dia mengajakku ke tempat tertentu untuk minta dilayani nafsunya. Beberapa hari setelah kami jadian, dia selalu minta untuk menyetubuhiku. Tapi aku selalu menolak, karena aku belum yakin sekali dengan perasaannya. Dan benar saja hal terburuk pun terjadi, apa yang aku bayangkan menjadi nyata. Dia membawaku ke Hotel, yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Yaaa... hotel...

Di hotel itu, kami tak banyak bicara. Sesampainya di kamar pun, aku hanya duduk di sofa dan memandang lurus ke TV. Pikiranku melayang tak menentu, sambil ku dekap tasku seakan aku tahu apa yang akan terjadi. Dia tidak menggubrisku, dia asik membuat kopi yang sudah tersedia di kamar Hotel dan langsung membuka laptopnya.

“apa yang akan dia lakukan?” batinku dalam hati.

Selagi aku memikirkan apa yang akan dia lakukan, saat itu diapun menghampiriku. Memelukku dari belakang, menciumiku dengan penuh nafsu dan aku tahu tidak ada cinta di hatinya. Dia menarikku ke kasur, menutup horden hotel, mematikan lampu dan mulai melucuti pakaianku satu persatu.

“Tuhan, apa yang aku lakukan? Bahkan aku membiarkan laki-laki ini menjamah tubuhku. Laki-laki yang tidak menyayangiku sama sekali..”

Dalam hati aku menjerit, tak tahan akan perlakuannya. Aku tidak nyaman dengan perbuatannya, ciumannya pun bahkan menyakitkan, tidak seperti sepasang kekasih yang benar-benar mencintai. Satu jam berlalu, dia menghentikan aktifitas hina itu. Setelah menikmati tubuhku, diapun keluar kamar untuk membeli makanan. Dalam keadaan masih terbujur di tempat tidur, akupun memandangi tubuhku. Hina sekali pikirku. Siapa dia, kau selayaknya pelacur yang mau dipermainkan lelaki hidung belang.




“astaga,apa yang sudah aku lakukan?..” pikiranku melayang, tak tahu harus berbuat apa. Bahkan memandang tubuhku pun aku tak sudi.

Menangis, sudah pasti. Sangat sakit, perasaan batinku saat itu. Sambil menutupi tubuhku dengan selimut akupun ke kamar mandi dan kembali mengenakan bajuku. Aku pikir sudah waktunya pulang, toh dia sudah puas sekali menikmati ku satu jam. Tapi tak lama suara ketukan pintu terdengar.

“tok tok..”
“siapa?” tanyaku
“ini Dera, buka pintunya cepet” dia menjawab dengan agak ketus.

Akupun membukakan pintu, dan kembali duduk di sofa menonton televisi.

“loh, kok udah rapi? emang udah mau pulang Non?” tanyanya karena melihatku yang sudah rapi
“iyalah, udahan kan?” aku bertanya balik.
“belom, baru jam berapa. Buru-buru amat sih, gue kan nginep di sini. Ntar maleman aja lo pulangnya yaa..” bujuknya sambil memberiku, sekaleng minuman ringan.

                                                               
*******


Malam pun tiba, entah apa yang dia pikirkan. Mungkin nafsunya kembali memuncak, segera dia mematikan lampu dan mendekatiku. Dia kembali meyetubuhiku, menyalurkan nafsunya dan lebih agresif kali ini. Aku... ya aku menurutinya saat itu, karena saat itu aku pikir aku ini pacarnya dan aku tak bisa mengelak. Walaupun tahu, dia tidak pernah mencintaiku. Saat kami sedang asik bergumul, aku merasakan ada yang aneh. Sakit sekali di bagian bawah sana, seperti ada yang terkoyak dan dipaksa. Aku tak tahu apa yang dia lakukan, sampai aku memberanikan diri untuk menengok sebentar ke bawah.

“darah??!!” teriakku histeris.

Kulihat jelas di wajah dan jarinya, banyak bekas darah. Aku mendorongnya keras hingga dia terjatuh. Ku lihat jelas di atas seprai berwarna putih itu banyak sekali noda darah. Hal yang aku takutkan terjadi, hal yang selama ini kujaga harus hilang dan di ambil oleh lelaki yang hanya mau mempermainkanku.

“apa yang telah dia lakukan? Keperawannku? ...” batinku hancur, aku menangis sejadiku.

Di dalam kamar mandi, sesekali aku melihat tubuhku di depan cermin. Dan melihat bercak darah di selangkanganku. Aku menangis sejadinya, perasaanku melayang tak tentu arah. Pikiranku hilang, seperti kehilangan sesuatu yang sangat tidak ingin kulepas begitu saja. Rasa dendam muncul, seakan mengetahui jelas targetku.





“Tuhan. Berikan dia balasan yang setimpal karena perlakuannya padaku..” batinku berdoa..

Entah, sosoknya yang dulu sangat aku kagumi seketika berubah menjadi sosok yang sangat ingin aku hancurkan. Tanpa dosa, dia berlagak seakan tidak ada yang terjadi. Aku tak habis pikir dia tega berbuat seperti ini padaku. Apa yang pernah aku lakukan padanya, sehingga nampak sekali wajahnya yang penuh dengan kepuasan. Seakan memberi tahu

“Iam the winner..”


Setelah kejadian memalukan itu, hingga saat ini aku tak pernah bertemu dengannya. Hanya sesekali, itupun karena aku masih menghormati keluarganya terutama ibunya. Setiap bertemu pun, kami tidak saling menyapa kecuali di hadapan ibunya. Kami saling sapa seakan tidak ada yang pernah terjadi, jauh di dalam hati ini ingin sekali aku berteriak depan wajahnya. Untuk memberi tahu seberapa sakit yang aku rasakan saat itu. Tapi sayang, aku terlalu baik. Aku telah belajar melupakannya, untuk apa aku bersumpah untuk kelakuannya. aku hanya ingin menghormati keluarganya, yang sudah ku anggap seperti keluarga sendiri.

Bukan berarti aku mengikhlaskan, aku hanya belajar tidak menjadi pedendam. Toh, Tuhan tidak tidur dan aku percaya cepat atau lambat dia kan mendapat balasan. Aku percaya karma. Sejak saat itu, aku tak lagi berharap banyak untuk masa depanku. Apa tujuan hidupku, dan enggan meneruskan mimpiku. Semua buyar, karena perlakuannya padaku. Semua seakan menjadi mimpi buruk, dan akan selalu buruk untuk selamanya.

Batinku kesal...

Hatiku terkoyak...

Jiwaku sakit, sangat sakit..

 Menjadi bayangan buruk yang akan terus aku ingat. Tersimpan nyata di dalam memori. Aku bersumpah, tidak akan pernah menjadi wanita baik-baik.


Setelah kejadian itu, kelakuanku makin tidak terarah dan tidak karuan. Semua yang aku lihat tidak lagi berharga. Untuk itu aku memutuskan untuk menjadi ‘nakal’ . nakalku pun, bukan seperti wanita panggilan yang setiap melakukan hubungan sex dibayar. Aku hanya kehilangan arah, kehilangan harap. Semua kelakuanku dulu sia-sia, aku baik saja masih bisa dinakali laki-laki. Dan, apa yang kulakukan sekarang hanyalah untuk membuatku senang. Aku bukan wanita panggilan, aku hanya “wanita simpanan” laki-laki tertentu. Setiap kali aku menjalani hubungan pun, aku membiarkan mereka menyetubuhiku. Buat apa pikirku? Aku sudah tidak perawan untuk apa dipertahankan lagi. Dan hal ini lah yang menjadi tempat pelampiasan akan penatnya hidupku.



Mungkin Tuhan enggan memberiku ampunan..
Mungkin Tuhan enggan memberiku sedikit kasihnya..
Mungkin Tuhan sudah muak dengan semua kelakuanku..
Mungkin juga, Tuhan tak lagi mau mendengar doa dari setiap batinku yang tersiksa..

Ini bukan mauku, menjadi wanita simpanan. Selalu disakiti banyak lelaki. Selalu dijadikan tempat melampiaskan nafsu lelaki. Aku yang sekarang, sungguh sulit untuk melapaskan kebiasaan ini. Aku tak mau mempermalukan keluargaku atas apa yang aku perbuat selama ini. Mungkin sekarang, aku ini “perempuan nakal” . berbuat hal yang seharusnya tidak kulakukan. Tapi semua sudah terlanjur, yang mereka tahu tentangku hanya... aku adalah perempuan baik, yaaa perempuan baik...


Nona J




penggalan kisah lama


“yang namanya berteman tidak akan selalu bersama-sama. Ada di saat kita harus pisah, bukan untuk pisah selamanya. Hanya berpisah untuk menjadi seseorang yang lebih dewasa dan menemui teman hidupnya...”

Aaahhhhh sedih rasanya sebentar lagi temen main, temen nakal, temen segalanya akan menikah. Itu artinya, sudah tak sebebas dulu. Kalo nanti aku butuh kamu gimana? Maksudku, kamu kan akan menikah dan akan menjadi seorang istri. Pasti yang akan lebih diurusi adalah suamimu dulu. Rasanya belum mau ngelepas kamu untuk nikah, terlalu cepat rasanya 20 tahun bersama. Tapi , ya sudah mungkin ini sudah takdir Tuhan kalau kamu harus menikah lebih dulu.

jangan lupain aku ya.. saat kamu sudah sibuk di rumah mengurus segala macam keperluan suamimu. Sempatkan sedikit untuk tetap mengingatku.
Ingat saat aku selalu memaksamu, untuk tidak melapor sama mamaku karena aku selalu makan indomi + cabe rawit.
Ingat kalau kamulah orang pertama yang selalu aku hubungi ketika aku punya masalah.
Ingat saat aku bolak-balik untuk di rawat di rumah sakit, dan kamupun bolak-balik menjengukku.
Ingat dengan semua rahasiaku yang aku ceritakan padamu yaa...
Ingat saat aku mengajakmu makan bakso, tapi ujungnya kamu yang bayarin..
Hehehe itu Cuma beberapa penggal kisah kita, dan kalau tidak salah bahkan kita hampir tidak pernah bertengkar yaa. Atau pernahkah? Coba beritahu aku ..

20 tahun bersama, menghadapimu itu tidak gampang loh. Sebenarnya sulit, karena kamu tergolong perempuan tomboy. Tapi ya, namanya udah gede masa mau gitu-gitu aja. Lambat laun, kamu pun
menjadi wanita seutuhnya sekarang. Bagaimana bisa, kamu yang dulu suka manjat pohon, nakal, tidak suka bermain dengan anak perempuan sekarang semua hilang. Kamu yang sekarang cantik, tidak terlihat sisi laki-lakimu (kecuali kalau kamu pasang kuda-kuda berkat karatemu).
Sangat memperhatikan penampilan, dan kamu lebih pintar dandan dibanding aku yang dulu semasih kecil masih suka main boneka L
Tapi tenang, aku senang sekali dengan perubahanmu yang sekarang. Apalagi, list mantan pacarmu lebih banyak dari aku juga ya. Dan terbukti kalau kamu lebih wanita dibanding aku. Padahal dulu, kita sama-sama hitam ya, udah hitam main pasir, main panas-panasan. Uuhhhhh masa kecil yang indah dan sulit buat dilupakan...

Dan tepat hari ini tanggal 12 oktober 2014, menjadi hari bersejarah buat kamu. Hari di mana semua wanita memimpikannya. Dipersunting laki-laki yang kau cintai. Beribu kata maaf untukmu karena aku tidak bisa menghadiri acara sakralmu :”)
Walau jauh, dan tidak bertemu atau mendampingi saat bahagiamu. Aku mndoakanmu untuk semua yang terbaik yang selalu kau harapkan dulu.
Semoga pernikahanmu langgeng, menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah yaa :”)))
Amin amin yaa Rabbal Allaamiin *peluk cium*


Tamie J